Bali bukan hanya menggoda akan destinasi alamnya, namun kulinernya juga membuat wisatawan ingin kembali lagi ke Pulau Dewata. Berbagai kuliner internasional dan tradisional khas Bali tersedia di jatung pariwisata Indonesia ini.
Bali sudah sewajarnya menyediakan makanan internasional karena provinsi yang berdekatan dengan Banyuwangi ini menjadi pusat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Makanan internasional yang tersedia membuat wisman akan terasa nyaman liburan ke Bali.
Proses membuat makananya dan rasanya pun sama persis seperti di negara asal wisman. Para wisman dapat memilih makanan yang ada di negaranya jika tidak ingin memakan makanan khas Bali atau makanan tradisional yang ada di Indonesia.
CEO TX Travel Anton Thedy menyebut Canggu hingga Seminyak menjadi bagian daerah di Bali yang menyuguhkan masakan-masakan internasional.
“Kalau kita ke Yogya, ke Medan, makanan internasionalnya ada ga, tentu ada, ada berapa banyak mungkin puluhan. Di Bali makanan internasionalnya daerah kafe, yang namanya dari Canggu sampai ke Seminyak, saya juga kaget di info oleh seorang culinary expert dia bilang ‘pak Anton tau ga sih warung besar warung kecil, restoran besar restoran kecil, kafe besar kafe kecil, bar dan sebagainya Canggu dan Seminyak itu ada 3.000 makanan internasional, bayangkan,” kata Anton saat menjadi nara sumber dalam program unggulan EL JOHN TV yakni Indonesia Tourism Forum. Program ini dipandu oleh Putri Pariwisata Indonesia 2019 Clarita Mawarni Salem.
Untuk makanan khas Balinya, Anton mengupas tentang makanan yang legendaris, diantaranya sate lilit. Sate lilit merupakan salah satu jenis sate yang terkenal di Bali. Sate ini umumnya terbuat dari ikan laut berukuran besar, seperti tuna. Cara membuat sate lilit cukup mudah. Cukup haluskan ikan, lalu beri bumbu khas Bali, santan, dan parutan kelapa. Biarkan sebentar agar bumbu meresap kemudian lilitkan pada tusuk sate atau batang serai.
Selain sate lilit, makanan legendaris Bali yang menjadi buruan wisatawan adalah nasi campur Bali Sesuai dengan namanya, nasi campur merupakan hidangan nasi putih yang disajikan dengan berbagai lauk pauk. Yang menjadikan nasi campur ini spesial adalah lauk yang terdapat di dalamnya mengedepankan masakan khas Bali.
Satu porsi nasi campur Bali biasanya berisikan nasi hangat, jukut urap (sayur urap khas Bali), tum (sejenis pepes), sate lilit, ayam suwir, teri kacang, telur pindang dan nggak lupa sambal matah khas Pulau Dewata yang pedas segar.
Untuk nasi campur non-halal, lauk andalannya terletak pada irisan daging babi guling yang dipanggang diatas arang batok kelapa untuk memberikan aroma dan rasa khas yang menggiurkan.
Nikmatnya nasi hangat disantap dengan lauknya yang memiliki rasa pedas dan gurih cocok untuk sarapan, makan siang maupun makan malam. Semakin nikmat bila dilengkapi kerupuk kulit dan segelas es teh manis.
“Nasi campur itu kalau kita cerita adalah nasi campur Ibu Oki, ada nasi campur Men We. Men itu Ibu jadi Ibu Weti. Dan itu ceritanya tahun 40-an, tahun 50-an udah jualan, tentunya orang yang punya sudah ga ada, tetapi dilanjutkan oleh generasinya. Itu yang menurut saya. Kalau kita sebut nasi campur Bali, kita mesti tau nasi campur Bali yang mana, nasi campur Bali Kedewatan Ibu Mangku ciri khasnya berbeda. Nasi campur ibu Men Weti berbeda juga. Ibu Oki berbeda,” terang Tokoh Pariwisata Nasional ini.
Selain nasi campur, masakan yang tak kalah lezatnya adalah nasi pedas. Nasi pedas Ibu Andika menjadi nasi pedas yang tersohor di Bali Di warung nasi ini pengunjung akan mendapati berjejer lauk pauk khas Indonesia yang menggoda selera. Misalnya ayam suir, ayam goreng, ikan goreng garing, lawar (sayuran khas Bali), sayur singkong, sayur labu, dan lainnya.
“Nasi Bali itu kebanyakan yang halal, namanya halal pasti ada ayam, ayamanya itu ayam betutu, ada juga ayam suwir, lalu ada lalapan. Yang ga ada kalau ditanya, apa sih makanan nasi campur Bali yang beda dengan nasi campur di Sunda, bedanya tidak ada tahu sama tempe. Tidak ada tempe orek, oseng-oseng tempe itu tidak ada. Terus mereka juga ga pakai yang namanya kentang, kan suka ada tuh kentang goreng yang tipis-tipis, itu yang bikin beda,” ujar Anton Thedy.