BANYUWANGI – Warga suku Osing, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, menggelar ritual bersih desa di sumber mata air di desa setempat. Ritual yang digelar setiap tanggal 14 Suro dalam penanggalan Jawa tersebut sebagai ucapan syukur desa setempat lantaran sumber mata air dari desa tersebut tak pernah surut meskipun di musim kemarau.
Dalam selamatan kampung ini, puluhan warga membawa bekal nasi dan pecel pithik yang merupakan menu utama saat ritual. Untuk menuju ke lokasi yang jaraknya 2 km dari pemukiman penduduk, warga terpaksa berjalan beriringan melewati pematang sawah yang disisinya mengalir air jernih berasal dari Sungai Pancoran.
Ritual dimulai dengan pembacaan doa oleh tokoh adat dengan membakar serat bathok kelapa yang diberi kemenyan serta menyiapkan beberapa sesajen yang diletakkan di sumber mata air, diantaranya adalah jeroan ayam kampung, bunga mawar, nasi putih, dan lauk pecel pithik.
Saat berjalannya ritual, tokoh adat tiba-tiba kerasukan roh leluhur, yakni Mbah Santono yang dipercaya sebagai penjaga sumber air tersebut.
Setelah dibacakan doa, warga bersama-sama menyantab nasi beserta lauk pecel pithik di bawah pohon beringin dengan menggunakan daun pisang. Warga mengenakan protokol kesehatan hanya saja jaga jarak yang belum dilaksanakan secara tepat.
“Kita mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT melalui ritual bersih sumber mata air ini. Ritual bersih desa yang digelar setiap tahun diadakan sebagai bentuk pelestarian juga. Di samping itu juga dianggap sebagai sumber mata air yang mengalir tersebut dan sudah memberikan kehidupan bagi masyarakat terutama untuk mengairi pertanian warga,” ujar Kepala Adat. Selasa, (24/8/21)